KELUARGA



Telah diperlihatkan berbagai macam model keluarga kepada saya. Ada yang suami bekerja dan istrinya tidak bekerja, ada yang istri bekerja dan suaminya tidak bekerja, maupun keduanya sama-sama bekerja. Semua pilihan pasti memiliki risiko, dan tugas seorang perencana adalah memitigasi risiko tersebut. Termasuk memilih model keluarga yang akan dipilihnya kelak. 


Sebelum menikah tentu setiap orang sudah memikirkan bagaimana gambaran pernikahannya ke depan atau terbesit sedikit gambaran keluarga ketika memilih calon pasangan. Jika lebih banyak mudaratnya pasti dia akan mundur, jika masih ada yang bisa diperbaiki beberapa sifat pasangannya, dia akan mengambil risiko tersebut karena sudah mengukur variabel kontrolnya bahwa semua masih dalam batas kendalinya. 


Pada akhirnya dalam sebuah pernikahan adalah tentang toleransi antara dua insan. Bagaimana keduanya bisa menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain, sama-sama bisa menekan egonya, bagaimana mereka menyelesaikan sebuah permasalahan dengan kepala dingin dan menemukan jalan keluar bersama. Tentu hal ini menuntut adanya kerja sama di antara keduanya.


Di semesta pikiran saya, yang ideal yaitu suami bekerja dan istri berada di rumah. Istri bisa leluasa membesarkan anak, mendidik anak, dan merawatnya dengan baik. Karena pendidikan terbaik seorang anak adalah ketika seorang pria memilih ibu untuk anak-anaknya. Ibu akan menjadi madrasah pertama untuk anak. Hanya saja terkadang dari sudut pandang seorang pria terdapat kekhawatiran apabila wanita berada di rumah, dia takut jika istrinya akan merasa jenuh karena bingung mau mengerjakan apa. Maka tidak jarang, kita menemukan beberapa pria memperbolehkan istrinya untuk bekerja agar memiliki aktivitas. 


Dari segi wanita jika saya lihat, beberapa ada yang memang merasa jenuh ketika harus berada di rumah untuk waktu yang lama, menunggu suaminya pulang bekerja. Beberapa ada yang memang bekerja karena passion dan cita-citanya ada di tempat kerjanya. Beberapa yang lain ingin menunjukkan atau membuktikan bahwa wanita juga bisa bekerja dan mencari uang sendiri, dan banyak alasan lainnya. Namun bagi wanita yang sudah memiliki planning ketika menjadi ibu rumah tangga, dia tidak akan jenuh berada di rumah karena akan belajar hal baru, baik masalah dunia maupun akhirat. Dia sudah memiliki list apa saja yang akan dilakukan pada hari itu, misal belajar memasak, mengaji, mendengarkan kajian-kajian dan hal bermanfaat lainnya. Waktu yang sudah disusun dengan rapi tentu tidak akan melahirkan kejenuhan. Malah terkadang dia merasa waktunya berjalan cepat, tiba-tiba sudah sore dan suaminya sudah pulang ke rumah. 


Itu sebabnya mengenali calon pasangan dan mengetahui keinginannya sebelum menikah sangat penting sekali. Pria yang cerdas adalah pria yang mampu memilih dengan tepat calon pasangannya. Bukan karena dijodoh-jodohkan dengan temannya ataupun keluarganya. Bukan karena melihat satu per satu orang disekitarnya sudah menikah, bukan karena usia yang sudah mulai menua sehingga memilih pasangan siapa saja asalkan bisa menikah. Namun menikah karena diri kita telah siap secara fisik, mental, dan financial. Kemudian waktu yang tepat akan mempertemukan dengan orang yang tepat. 


Waktu tidak pernah salah, mungkin kita yang terlalu tergesa-gesa. Kesempatan hanya sekali dan datangnya di awal, maka harus dipergunakan dengan sebaik mungkin agar di akhir cerita kehidupan tidak melahirkan penyesalan. Pernikahan bukan hanya sekadar menua bersama, tapi juga ke surga bersama. 



Jakarta, 1 Februari 2022

Komentar

Postingan Populer